Pemuda Antidiskriminasi


Semua orang terlahir dengan memiliki hak yang sama. Mungkin kalimat itu adalah kalimat yang tepat untuk menepis perlakuan diskriminasi yang kerap terjadi di negara-negara barat terhadap warganya yang beragama Islam. Padahal, apapun warna kulit kita, apapun agama kita, dari mana pun suku kita, kita tetaplah satu kesatuan dalam satu wadah yang agung, negara kita tercinta.



Pada kasus yang sering terjadi, salah satunya di Perancis, pendatang dengan kulit berwarna, dan sering kali beragama Islam, dianggap 'menodai' kemurnian Prancis. hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Kenaekaragaman bukan akan menodai, melainkan akan memberikan warna-warni tersendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Bukankah dunia ini akan terasa membosankan jika semua sama? 

Tapi berbeda jika kehidupan ini berisi hal-hal berbeda, kehidupan ini akan terasa penuh tantangan dan lebih berwarna. Bagaimana kita beradaptasi dengan orang lain yang “berbeda”, bagaimana kita bisa menghormati adat dan kepercayaan mereka, atau bagaimana kita memahami mereka. Hal tersebut adalah suatu tantangan dan keasikan tersendiri untuk orang-orang yang membuka hati untuk melakukannya.

Anggapan warga Perancis bahwa para pendatang Islam tidak menyumbangkan apa pun dalam kehidupan bermasyarakat sesuai kajian Ilmu Sosiologi, hal tersebut tentu saja kurang tepat. Sekecil apapun anggota masyarakat, ia pasti berperan penting dalam sistem masyarakat. Masyarakat melakukan aktivitas, aktivitas tersbut akan melembaga, dan menjadi budaya masyarakat. Demikian siklus itu selalu berputar.

Sudah sepantasnya apabila kita menentang diskriminasi terhadap warga pendatang yang merupakan kaum minoritas karena mereka juga merupakan bagian dari kita, bagian dari masyarakat. Warga minoritas sepantasnya dihargai dan dihormati, bahkan seharusnya kita bisa meneladani budaya-budaya mereka yang sekiranya berguna.

Warga Perancis deharusnya bersikap lebih bijak. Adakalanya kita harus bersikap sebagai seorang chauvinisme dan ada kalanya kita harus bersikap nasionalis. Rasa nasionalis dilembagakan dalam kehidupan sehari-hari, jangan sampai kita berlaku diskriminatif terhadap suatu golongan. Karena pada dasarnya kita hidup dalam negara yang satu, negara kita. Sedang rasa chauvinisme harus diterapkan dalam kegiatan pemilihan wakil Perancis. Seharusnya orang yang mewakili suatu negara adalah orang yang benar-benar mengerti dan mencerminkan jati diri negara itu, bukan orang asing yang baru beberapa lama tinggal.

Sebagai pemuda Islam, sepantasnya kita juga menghargai perbedaan-perbedaan yang ada. Perbedaan menciptakan keanekaragaman. Walaupun agama yang dimiliki berbeda, bukan berarti kita lantas memilih bergaul dengan mereka yang seagama saja. 

0 comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home

My Blog List

Popular Posts

Recent News


Total Pageviews

About Me

Admin tong3fang. 3-F Kebendaharaan Negara Tahun Ajaran 2012/2013 STAN

    My Blog List


Recent Comments